Pengelompokan
klaster industri kedirgantaraan dapat dibagi kedalam 2 (dua) grup industri yang
dapat menjadi mitra industri inti:
1.
Satu group yang masuk didalam perusahaanperusahaan yang bisa menghasilkan
produk yang dibutuhkan untuk pengembangan prasarana perusahaan, misalkan dalam
bidang informasi, computer, catering, percetakan dan sebagainya yang bersifat
prasarana.
2.
Satu group lagi yang berkaitan dengan produk, khusus group ini dibagi 2 (dua)
kelompok yaitu ;
Group
yang menghasilkan produk-produk yang lansung dipasang di produk dan yang tidak
dipasang diproduk, misalnya Tool, Jig, Fixture, Casting dan Moulding.
Pengelompokkan
industri pendukung dalam industri pesawat terbang, menurut Niosi, Jorge and
Majlinda Zhegu dapat dibagi ke dalam 4 (empat) tingkatan (Tier), dimana setiap
Tier merepresentasikan kompleksitas pengerjaan dimana kriteria Fit, Form and
Function menjadi prasyarat utama (lihat ilustrasi gambar 3.3), berikut
uraian dari masing-masing Tier:
Tier
I, merepresentasikan
pemilik desain, pengerjaan Assembly airframe hingga penjualan produk
akhir (end
product).
Tier
II, merepresentasikan
pembuatan komponen, meliputi onboard avionic system, Propulsi, Airframe Structure,
Subassembly, Subsystem.
Tier
III, merepresentasikan
industri pendukung electronic and electrical Components and part, Electronic
System and subsystem, engines and Components, Engines Accessories, Starting
system and electrical power sources, fuselage and structures, interior cabin,
system and components, Environmental Control System, Fuel System. Landing gear system
dan hydraulic system.
Tier
IV, merepresentasikan
industri pendukung pembuatan Detail part manufacturing (DPM) yang merupakan
bagian dari industri rantai pasok komponen pesawat terbang.
a. Kelompok Industri
Hulu
Berdasarkan
perspektif industri manufaktur kedirgantaraan dimana Pesawat Terbang sebagai industri
intinya, maka industri hulu didefinisikan sebagai industri yang memasok bahan
baku material [raw material] pesawat terbang.
Secara
umum, material untuk pembuatan komponen pesawat terbang dapat diuraikan sebagai
berikut :
1) Aluminum Alloy
Sebagai struktur
pesawat (aiframe structure) dimana keunggulan metal ini, jika digunakan
dengan tepat, adalah mudah dalam manufacturing, memiliki high strength
yang tinggi, fatigue life yang panjang dan ketahanan korosi yang
baik.
Penggunaan
diantaranya untuk:
• Untuk
komponen skin yang membutuhkan fatigue strength yang tinggi, seperti wing
lower skin, digunakan 2024-T3
• Lower
wing stringer: 2024-T4 extrusions
•
Untuk komponen skin yang membutuhkan static strength yang tinggi,
seperti wing upper skin, digunakan clad 7075-T6 plate
• Upper
wing stringer: 7075-T6 extrusions
• Major
fuselage frame: 7075-T73 plate
• Sheet
metal fuselage frame: clad 2014-T6
• Machined
structural components: 7075-T73 plate
• Main
landing gear frame: 7175-T736 die forging
• Semi-structural
machining 6061-T6 plate
2) Steel Alloy
Dipilih
untuk komponen dimana kekuatan material dan compactness nya sangat
penting,
Penggunaan diantaranya untuk:
• Flap
track support: Stailess steel
• Main/Nose
Landing gear: 300 M heat treated
sampai
260 Ksi
• Small
steel parts: SAE 4340 heat treated
sampai
160 Ksi.
3) Titanium
Dipilih
untuk engine nacelle fire zone.
4) Fiber Reinforced Plastic
Terutama
jenis Kevlar 49, digunakan untuk nose avionics compartment shell (dalam
bentuk simple laminate), cabin ceilings, walls, overhead bins dan
cabin floor (dalam bentuk skin laminate yang melapisi sandwich
structure dengan Nomex honeycomb didalamnya sebagai core). Untuk
daerah struktur yang tidak memiliki konsentrasi tegangan yang tinggi
jenis sambungan Metal-to-metal bonding digunakan untuk menyambung skin-stringer
dan skin-doubler plates. Jenis adhesive
yang digunakan adalah AF330 yang diproduksi 3M Company. Sistim
nitrile phonolic ini di “cured” pada suhu 3500 untuk berubah menjadi
EC1593 corrosion resistant primer. Lapisan ini dioleskan pada kedua
permukaan yang akan disambung disusul dengan AF30 adhesive film sebelum kedua
permukaan tersebut direkatkan.
5) Rubber
Dipergunakan
untuk seal atau filler sebagai peredam jika terjadi getaran
(fibrasi) yang tidak diinginkan.
6) Textile
Dipergunakan
untuk bahan interior, seperti jok dan beberapa accessories dalam
cabin
pesawat.
7) Glas
Ddipergunakan
pada komponen lampu, panel dan jedela tembus pandang dan beberapa
accessories
dalam cabin pesawat.
8) Plastics
Dipergunakan
pada komponen interior seperti pada panel dan accessories dalam cabin pesawat.
9) Chemical
Dipergunakan
sebagai bahan baku proses produksi misalnya pada proses surface treatment,
chemical milling, painting, dll. Untuk meningkatkan kualitas material,
proteksi dan estetika.
Yang
menjadi persoalahan adalah, hingga saat ini belum ada satupun industri nasional
yang memenuhi
standar
mutu sebagai pemasok bahan baku pembuatan komponen pesawat terbang. Industri
hulu yang ada baru bisa menghasilkan material-material umum yang hanya dapat
dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan material untuk konstruksi bangunan
yang memiliki tingkat resiko jauh di bawah standar mutu untuk material pesawat
terbang.
b. Kelompok Industri
Antara
Salah
satu trend industri manufaktur global saat ini adalah fokus pada integrasi
pesawat (aircraft integration). Dalam arti, industri manufaktur
pesawat hanya fokus pada produk akhir (pesawat terbang) sementara industri non
core business termasuk komponen Tier II s.d Tier IV di outsource kepada
industri rantai pasok yang ada. Dengan demikian kelompok industri antara dalam industri
manufaktur pesawat terbang dapat didefinisikan sebagai kelompok industri rantai
pasok, antara lain meliputi:
•
Industri Detail Part Manufacturing
•
Industri Component Manufacturing
•
Industri Tool, Jig, Casting and Mold
•
Industri Engine Component
•
Industri Propulsion System
•
Industri Interior & Cabin System
•
Industri Environmental Control System
•
Industri Fuel System
•
Industri Landing Gear System
•
Industri Hydraulic System
•
Industri Electronic System
•
Industri Electric and Electronic Component Part
•
Industri NAV COM & Mission System
Kondisi
Industri antara di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan industri hulu, industri
antara yang ada tidak banyak yang dapat men-supply industri hilir, kalau pun
ada hanya sebatas komponen yang tidak melekat langsung pada struktur utama pesawat,
misalnya industri tool dan jig, molding and casting.
AS9100 sebagai standar mutu yang spesifik berlaku dalam industri dirgantara.
Beberapa standard yang
merupakan
paket persyaratan manajemen mutu internasional ini adalah:
•
9100 – Quality Management System for Aerospace Manufactures
•
9102 – First Article Inspection
•
9103 – Management of Key Characteristics
•
9104 – Requirements for Registration of Aerospace Quality Management Systems
•
9110 – Quality Management System for Aerospace Repair Stations
•
9120 – Quality Management System for Distributors
Sedangkan
berdasarkan hasil analisis dan pemetaan atas 40 industri di Indonesia, dapat
disimpulkan:
a.
Dalam industri komponen, terdapat industri alat bantu yang menyertainya,
industri ini yang biasanya disebut dengan Tools-Mould. Saat ini terdapat
potensi resources (sumber daya) yang memiliki kemampuan untuk pembuatan Tools-Mould.
b.
Peta potensi industri pendukung yang siap menjadi mitra industri inti atau
menjadi bagian dari industri rantai pasok pembuatan komponen pesawat, dapat
disajikan sebagai berikut:
Cara
baca, bahwa:
Terdapat
2 perusahaan atau 5% dari 40 perusahaan yang disurvey siap menjadi Sub
Contractor permesinan Komponen Pesawat Terbang.
Extended
shop type B adalah
industri yang memiliki kemampuan alur proses produksi dalam pembuatan komponen
pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material,
Aktifitas Proses standard, Aktifitas Proses Khusus, Aktifitas marking
indetifikasi part
Extended
shop type A adalah
industri yang memiliki kemampuan alur proses produksi dalam pembuatan komponen
pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material,
Aktifitas Proses standard, Aktifitas marking indetifikasi part.
C. Kelompok Industri
Hilir
Jika
kelompok industri hilir didefinisikan sebagai industri yang menghasilkan end-product
(pesawat terbang), maka di Indonesia hanya terdapat 1 (satu) Industri
manufaktur pesawat terbang yaitu PT. Dirgantara Indonesia (Persero).
Industri
hilir ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara yang mampu
menghubungkan, sebagai jembatan udara, lebih dari 17.000 kepulauan di
Indonesia, serta dorongan keinginan untuk menguasai teknologi tinggi dibidang kedirgantaraan
sebagai motor penggerak dalam percepatan pembangunan dari aspek kemudahan akses
tansportasi udara, dengan harapan industri ini tumbuh dan berkembang merangsang
percepatan pertumbuhan industri antara dan industri hulu, gagasan ini tercermin
dari 4 (empat) tahap alih teknologi kedirgantaraan di indonesia.
Sumber: aviasista.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar