flightglobal.com |
Anda mungkin pernah melihat sayap
pesawat terbang yang ujungnya ditekuk atau bengkok mengarah ke atas. Melihat
itu, Anda tentu bertanya-tanya mengapa ya kok ditekuk seperti itu? Apakah ada
gunanya?
Pertanyaan
lain apakah sekadar aksesoris dan ‘gaya-gayaan’ saja agar terlihat bagus atau
supaya terlihat seperti postur Gatotkaca yang tangannya gemulai melakukan
gerakan menari bersiap menjelang terbang? Ataukah memang terdapat tujuan teknis
yang terkait dengan keuntungan yang didapat (advantages) dari bentuk sayap
seperti itu?
Bentuk ujung sayap (wing tips) yang
seolah bengkok itu mempunyai maksud untuk mengurangi pergolakan udara disekitar
ujung sayap (wing tips vortex). Pergolakan udara itulah yang nantinya berfungsi
menjadi gaya hambatan alamiah dari bentuk sayap itu. Gaya hambatan ini sangat
merugikan dan bahkan dalam kategori tertentu terkadang membahayakan. Gaya
hambatan ini disebut induced drag.
Empat Gaya
Sebelum berbicara lebih jauh
tentang Winglet, mari kita mengingat kembali tentang empat gaya yang bekerja
pada pesawat terbang yang dikenal dengan gaya Aerodinamis. Keempat gaya itu
adalah gaya angkat (Lift ), gaya berat (Weight), daya dorong (Thrust), serta
gaya hambatan (Drag). Keempat gaya itu muncul serentak bersama-sama pada saat
pesawat terbang mulai mengudara. Drag muncul karena ada Lift. Artinya, selama
benda terbang itu memproduksi Lift, maka sepanjang itu pula Drag hadir. Drag
sendiri terbagi menjadi dua macam, yakni Induced Drag dan Parasite Drag.
Induced Drag adalah gaya hambatan
yang timbul secara alami yang disebabkan oleh bentuk sayap. Bentuk sayap yang
spesifik memang sengaja didesain sedemikian rupa agar mendapatkan Lift. Ironisnya, bentuk profil sayap itu ternyata sekaligus ‘melahirkan’ suatu gaya
yang ‘tidak diinginkan’ yaitu Drag. Sehingga memang betul jika Drag timbul saat
Lift hadir.
Parasite Drag adalah hambatan yang
timbul tetapi justru tidak terkait langsung dengan keberadaan Lift. Parasite
Drag terbagi menjadi dua macam, yaitu Skin Friction Drag dan Form Drag. Skin Friction Drag yaitu suatu gaya hambatan yang muncul karena gesekan suatu
objek yang melewati udara pada saat objek itu bergerak.
Misalnya: Sayap
pesawat yang diselimuti lapisan es. Ini akan menjadikan permukaan sayap berubah
menjadi kasar. Akibatnya muncul turbulensi-turbulensi kecil di atas permukaan
sayap. Sudut serang pesawat (Angle of Attack ) yang terlampau besar juga akan
berakibat munculnya turbulensi di sayap tepi belakang (trailing edge).
Form Drag adalah Drag yang terjadi
karena bentuk benda itu sendiri yang langsung berhadapan dengan arus udara yang
akhirnya menimbulkan turbulensi yang luar biasa besar. Bentuk benda yang
dimaksud di si sini adalah material yang sama sekali tidak menggunakan
prinsip-prinsip streamline. Contoh yang mudah dilihat adalah seorang atlet
bersepeda, yang kalau kita perhatikan ternyata memakai helm yang khusus
dirancang saat melaju di atas sepedanya dengan kecepatan tinggi.
Helm itu berbentuk unik, yaitu
streamline shaped, di bagian ujung belakangnya semakin meruncing dan
pipih.Tujuannya agar tidak ada pergolakan udara di belakang kepala si atlet
yang berbentuk seperti turbulensi yang pada akhirnya akan mengurangi
kecepatannya saat melaju. Drag yang timbul di sekitar belakang kepala si atlet
itulah yang disebut Form Drag.
Gaya Angkat Positif
Mari kita bercerita lebih jauh
tentang Induced Drag. Pertama-tama, kita harus memahami tentang profil sayap
yang didesain sedemikian rupa, agar mampu menghasilkan gaya angkat positif ke
atas yang disebut Lift.
Untuk menghasilkan gaya itu,
tekanan statis dari bawah permukaan sayap harus lebih besar dari tekanan statis
yang timbul dari atas sayap. Aliran udara dari depan menuju belakang sebagian
melewati ujung sayap dari tekanan statis tinggi di bawah permukaan sayap ke
tekanan statis rendah,yang berada di atas permukaan sayap.
Kedua
tekanan yang bertemu ini menjadi suatu gerakan pergolakan udara yang bermasalah
yang ‘tidak dikehendaki’. Pergolakan ini adalah turbulensi yang arahnya
berputar dan terpuntir di seputar ujung sayap. Semakin besar luas sayap, maka
semakin besar pula turbulensi yang tercipta.
Sekadar contoh, turbulensi ujung
sayap pesawat terbang Hercules C-130 mampu ‘membanting’ pesawat kecil sekelas
Cessna 152 yang berada di belakangnya saat hendak melakukan taking off. Hal
tersebut dikarenakan turbulensi ini semakin mengarah ke belakang semakin
membesar dan menguat. Di dunia penerbangan turbulensi ini dikenal dengan nama
Wake Turbulence. Sangat membahayakan bukan?
Untuk mengatasi pergolakan udara
yang bermasalah dan ‘tidak dikehendaki’ tersebut di atas para insinyur
aerodinamika menciptakan suatu bentuk-bentuk tambahan ujung sayap, untuk
‘memecah’ turbulensi tadi agar setidaknya dapat mengurangi skala turbulensi
yang besar menjadi skala yang kecil-kecil dan terpecah pecah. Adalah suatu kemustahilan untuk
mengeliminasikan turbulensi ujung sayap tadi. Bentuk modifikasi ujung sayap
tersebut adalah Wing Fence, Modified Wing, Wing Tip Tank, dan yang paling
populer Winglet.
Di antara betuk-bentuk modifikasi
ujung sayap di atas, yang paling banyak dipakai adalah Winglet. Berdasarkan
data teknis dari manufaktur pesawat terbang, Winglet ini juga memberikan
keuntungan secara ekonomis bagi pesawat terbang yang menggunakan bentuk ini,
yakni mengurangi konsumsi bahan bakar (lebih irit) hingga mencapai 7%.
Bagi perusahaan penerbangan
komersial, angka 7% tentu sangatlah berarti dan besar. Apalagi bila pesawat itu
terbang dalam jarak yang terhitung jauh, maka semakin besar pula efisiensi
bahan bakar yang dilakukan. Untuk itu sangat wajar jika banyak pesawat terbang
komersial yang memasang Winglet pada ujung sayapnya. Pesawat terbang modern
dapat dipastikan hampir semua memasang winglet ini. (*)